19 August 2005

Melbourne Graffitties

Kalau kita bicara tentang graffiti, apa yang terbayang di benak anda? Mungkin sekali anda berpikir graffiti adalah pekerjaan para vandalis, biasanya anak-anak ABG, yang kerjanya merusak keindahan ruang publik kota. Pikiran seperti itu tidak salah, tapi pernahkah anda berpikir graffiti sebagai sebuah bentuk ekspresi seni?

Jakarta mungkin sudah tidak asing lagi dengan graffiti-graffiti yang biasanya berupa coretan nama sekolah atau gank-gank cere ABG, meskipun ya itu, cuma sebatas coretan-coretan anak-anak yang tampaknya baru belajar menulis. Kalau ditanya kenapa mereka melakukan hal ini, sebagian mungkin (ini spekulasi, soalnya gue nggak pernah bikin riset) akan bilang bahwa graffiti ini adalah bentuk ekspresi mereka ataupun bentuk perlawanan mereka terhadap kemapanan, dll dsb, yang pasti menurut gue ekspresi mereka jauh dari yang namanya seni dan memang lebih cenderung kepada perbuatan vandalis.

Vandalisme graffiti ini telah menjadi masalah besar hampir semua kota besar dunia tidak cuma Jakarta, dan pasti butuh biaya yang lumayan besar untuk membersihkannya. Well, pendapat terbagi dua mengenai masalah ini, paling tidak di kota Melbourne. Sebagian orang menganggap graffiti sebagai bentuk ekspresi seni yang justru memperkuat image Melbourne sebagai "city of art" tapi sebagian lagi (dan ini sepertinya bagian terbesar) menganggap Graffiti yang bertebaran disini sebagai pengotor pandangan yang harus diberantas.

Beberapa tahun lalu graffiti sebagai sebuah bentuk seni pernah berusaha di populerkan sebagai bagian dari acara JakArt festival, dengan cara melukisi tiang-tiang jalan layang di Jakarta, lumayan sukses, meskipun kabarnya sempat harus bersitegang dahulu dengan pemda DKI yang menghapusi lukisan-lukisan tersebut dengan alasan mengganggu keindahan. Nampaknya panitia kurang berkoordinasi denga Pemda barangkali ya? Tapi graffiti tersebut dibuat karena disuruh, dan mereka yang mengerjakannya kebanyakan mahasiswa-mahasiswa senirupa, yang sedikit banyak sudah terkooptasi, paling tidak mengenai tema yang harus mereka lukis dalam graffitinya sehingga graffiti sebagai sebuah bentuk seni yang ‘raw’ hilang jadinya.

Baru-baru ini saya menyaksikan pemutaran film yang judulnya Rash sebagai bagian dari acara Melbourne International Film Festival. Film ini menceritakan artis-artis graffiti underground Melbourne dan ekspresi mereka pada dinding-dinding gang dan stasiun-stasiun kereta kota ini. Masalah graffiti illegal sudah menjadi masalah yang akut buat pemerintah kota Melbourne. Tentu saja, karena menurut film ini, Melbourne ternyata sudah menjadi ibukota para artis graffiti underground se-Aussie. Bahkan Melbourne Graffiti sudah mempunyai website sendiri untuk yang salah satunya contentnya menghadirkan graffiti-graffiti di Melbourne.

Para graffiter dari kota-kota besar di Aussie datang ke Melbourne untuk menunjukkan kebolehannya, ilegal tentunya, dan hasil karya mereka ditampilkan pada sebuah galleri underground yang di koordinasikan Ha Ha, julukan salah seorang graffiter tersohor di Melbourne. Para artis ini (kalau mereka boleh disebut artis) bahkan bukan cuma berasal dari Aussie, namun juga dari kota negara lain seperti Berlin, New York, Helsinki, dll. Nggak heran kalau pemda kota ini dibikin pusing oleh masalah ini, apalagi ditekan oleh makin dekatnya pelaksanaan Olimpiade Persemakmuran 2006, yang berarti Melbourne harus selalu terlihat rapi dan manis selama pelaksanaan olimpiade.

Setelah melihat film ini saya menjadi ternganga-nganga, ternyata kemampuan para vandal ini sudah sangat tinggi, media yang mereka gunakan sudah bukan sekedar aerosol paint saja, tapi juga spidol, stiker, bahkan benda-benda yang ditempelkan ke dinding. Demikian juga pesan-pesan yang mereka sampaikan sangat beragam, mulai dari sekedar menulis nama julukannya sampai pesan-pesan sosial, politik dan lingkungan. Ini beberapa karya mereka yang berhasil saya kumpulkan.

Beberapa karya graffiti konvensional, biasanya berupa signature pembuatnya:







Graffiti yang berupa karakter atau figur:













Graffiti berupa instalasi:



Dan graffiti yang berupa pesan2 politik/lingkungan:

NB: cobalah baca tulisan yang ditulis dengan warna hitam :)

Bagaimana? menarik bukan? Kalau tulisan saya ini berhasil menarik satu orang saja, untuk berubah pendapat bahwa street graffiti itu bukan kejahatan.. maka misi saya berhasil :)

Untill next time!